SWEAT AND SCENARIO



SWEAT AND SCENARIO
"Bicara Mimpi dan Secercah Perjuangan"

Tentang 9 Juli 2019--titik awal apakah aku akan mampu tersenyum lebar atau justru melipat bibir.

Takdir berkata, “Kau telah sampai puncak”.

Ya.
Aku baru saja lolos ke sebuah PTN.

Mari kita lupakan sejenak tentang kebahagiaan hari itu.

Sering pastinya kita dengar ungkapan “Selagi masih muda, habiskan jatah gagalmu”. Sekarang, dalam konteks gagal-gagal yang aku alami sebelum akhirnya lolos SBMPTN—banyak, cukup banyak.

Kegagalan terbesarku bahkan sudah sejak pertama masuk masa SMA.

Desain interior adalah jurusan yang aku idam-idamkan sejak SMP. Saat memasuki SMA, aku tidak tahu apa-apa mengenai mekanisme SBMPTN beserta serentetan SAINTEK dan SOSHUM. Lalu, memutuskan untuk masuk jurusan IPA demi prestise dan mindset “udahlah, kalo masuk ipa kan nanti bisa kuliah di jurusan apa aja”. Aku berpikir juga bahwa jika akan masuk jurusan desain interior harus masuk IPA karena pasti ada banyak hitung-hitungannya. (OH! ANDAI SAJA ADA YANG MELURUSKAN PEMIKIRAN SEMPITKU ITU). Entah mengapa aku pun tidak berinisiatif membongkar google tentang hal itu.

Padahal jika dipikir-pikir, segalanya adalah tentang proses yang akan aku hadapi kedepannya. Tiga tahun di bangku SMA, akademikku tidak begitu baik. Cita-citaku waktu itu cukup sederhana—masuk peringkat 5 besar di kelas. Tapi faktanya, hanya mampu sepuluh besar saja, itu pun ketika semester-semester akhir (4 dan 5) aku terlempar ke peringkat 11.
Kimia, fisika—dua momok yang menemani kehidupan SMA ku. Hingga pada akhirnya, aku tidak masuk pemeringkatan SNMPTN (MAAF INI SPOILER)

“Duh sedih banget, siapa suruh masuk ke IPA”

Juli, 2018.
Masa-masa menuju kelas XII yang katanya bakal jadi kehidupan tersibuk seantero raya. Hmm
Di situlah aku mulai memutuskan untuk lintas jurusan karena baru saja tahu bahwa ada jurusan desain yang tes masuknya berbasis IPS/SOSHUM, seperti FSRD ITB, Desain interior UNS, dan Desain Interior ISI Yogyakarta. Selain itu, juga karena aku berpikir dan hati pun merasa, “Mau dipaksain kaya gimanapun, gabakal lah yang namanya ngeh total sama kimia fisika”. Then, mulailah aku ini rajin baca tulisan orang-orang tentang perjuangan SBMPTN, lintas jurusan, dan segudang tips and tricks nya.

CERITANYA, P E R J U A N G A N   D I M U L A I 😓
Beli buku soshum, daftar bimbel online, beli buku STAN, pinjam buku-buku kakak kelas, join bimbel konvensional, bikin jadwal belajar, to-do list harian, dan target materi mingguan. Semacam segala senjata berusaha kusiapkan sebelum perang.

Kehidupan kelas XII-ku tidak begitu mulus. Di awal semester 5, aku terdiagnosis suatu penyakit dan harus operasi. Tidak mengikuti pelajaran cukup lama, akhirnya harus gerak cepat mengejar ketertinggalan materi. Sealin itu, Ibuku yang sedang hamil,hampir setiap harinya muntah. Disitu, aku harus membagi tenagaku selain untuk belajar juga ikut merawat ibu, termasuk sering menggantikan tugas-tugas ibu di rumah (memasak, cuci baju, cuci piring, dll). Itu terjadi hingga sekitar bulan februari 2019 ketika usia kandungan ibu 6 bulan. Setelahnya, ibu sudah jarang sekali mual.

Tentang persiapan SBMPTNku,
Di tengah padatnya kegiatan akademik di sekolah, selalu kucari celah dimana bisa mendengarkan tutor bimbel onlineku mengajar materi soshum dan sambil kucatat jika bisa (waktu belum gabung ke bimbel konvensional). Fyi, aku membuat buku catatan khusus untuk materi  soshum yang bejibun itu. Semua kumulai sejak bulan Agustus 2018—mencicil materi SOSHUM. Semakin hari, semakin terasa bahwa aku memang klop di IPS. Materinya benar-benar asik dan membuatku ketagihan untuk mempelajarinya, especially sosiologi, sejarah dunia, dan geografi. Terus ekonominya? Karena aku anak lintas minat ekonomi, jadi ya rasanya begitu-begitu saja (sedikit perlu berpikir keras).

Waktu terus berjalan, materi yang kupelajari sudah semakin banyak, walaupun masih sangat kurang banyak untuk melahap semua materi IPS.

Aku pun mulai mencari-cari beasiswa untuk kuliah S1, diantara beasiswa yang aku apply adalah YTB (Beasiswa Pemerintah Turki), Art and design scholarship Telkom university, beasiswa IDCloud host, dan aperti BUMN. Semuanya gagal.
Mari kuceritakan short stories-nya.

YTB
Bisa dikata aku terlewat nekat karena apply beasiswa luar negeri (cita-citaku memang ingin kuliah di luar negeri hehe). Aku apply YTB scholarship karena persyarataannya tergolong tidak rumit. Di sela-sela sibuknya sekolah, persiapan ujian, ulangan harian, aku mempersiapakan berkas YTB satu per satu dan semuanya harus dalam bahasa inggris.
(Senyum)
Mendekati deadline, berkas selesai, dan kuunggah semuanya (CV, 3 Surat rekomendasi, transkrip nilai, Letter of Intent, sertifikat yang sudah tercicil satu per satu sebelumnya,dll). H-1 deadline, semalam suntuk kurelakan untuk tidak tidur demi menunggu server membaik “khawatir banget dong kalau ga bisa submit”. Sampai pagi, masih belum bisa. Akhirnya, di sekolah aku pakai laptop teman dan finally berhasil submit.

Art and Design Scholarship Telkom University
Sebenarnya, ini adalah peluang besar bagiku untuk lolos karena sifat beasiswa yang spesifik bidang seni. Lemburlah aku membuat CV dan mengkuti serangkaian tes di Youthmanual yang bekerja sama dengan universitas Telkom. Malam itu adalah H-1 hari tes nya (HM AKU MEMANG MANUSIA DEADLINER). Pekerjaan selesai larut, aku tidur.
Paginya semangat sekali aku ikut tes online. Waktu mulai login, JRENG! gabisa dong, error, server down, ga muncul soal. Eh ternyata, ini murni kesalahanku karena aku tesnya pake HP, bukan laptop ataupun PC J.
Diam, haus, kering kerontang, nyesek, lalu “yaudah lah ya aku emang gini orangya”.
2 beasiswa lainnya akan kuceritakan nanti.

EXAMINATION DAYS : TRYOUR US UPRAK UN  👀
Disini, alokasi waktu belajarku jauh dominan untuk mater-materi IPA. “IPA I’m back to you”. Tentang, uprak, tidak begitu melelahkan. Examination days berlalu. Putar balik haluan “Hi SOSHUM, I’m actually yours” mulailah aku rajin masuk bimbel konvensional (posisinya aku udah gabung nih di bimbel ini).

b i m b e l   k o n v e n s i o n a l k  u
Jujur, aku bukan tipe murid bimbel konvensional. Belajar sendirian, sepi, sambil mendengarkan lagu—tipeku sebenarnya. Lebih senang belajar di rumah, itulah mengapa untuk SMA ini aku memutuskan untuk tidak ngekos (hanya pernah kos sebulan). Selain karena hal itu, menurutku lelah adalah kenikmatan tersendiri bagiku. Dengan lelah ngebis pulang pergi (kurleb 25km), pulang larut, itu akan mengingatkanku bahwa hidup tidak mudah, harus latihan bersusah payah, tidak ada yang namanya manja, dan berinteraksi dengan orang-orang baru selama perjalanan adalah hal yang seru. Juga, karena aku pikir aku masih sangat membutuhkan bimbingan dari orang tua setiap  harinya dan memanfaatkan waktu dengan mereka sebelum akhirnya nanti aku kuliah di perantauan. Hanya berharap berkah Tuhan dari perjuangan dan jerih payah seperti itu.

Kembali ke bimbel konvensional. Kuniatkan saja agar lebih sering dapat latihan soal dan bisa bertanya langsung ke mentor, itulah alasanku bergabung. Sebelum UN, masuknya hanya hari sabtu, tapi setelah UN, masuk setiap hari. Waktu tempuh dari rumah ke tempat bimbel adalah kurleb satu jam naik bis biasa. Lama-lama, aku capek L karena selalu pulang larut dan khawatirnya akan mengganggu kesehatan tubuh. Akhirnya, aku pindah ke bimbel yang sama namun di cabangnya, yang lebih dekat, hanya butuh waktu setengah jam naik bis. Tapi, setelah turun bis aku harus jalan pulang perginya 400 meter-an lah. “hehe” lumayan menguras keringat. Apalagi waktu persiapaan buat utbk gel 2 adalah waktu puasa ramadhan. Setiap kali sampai di tempat bimbel yang baru itu, selalu aku ini ngos-ngosan sambil nahan haus. Semuanya berjalan seperti itu hingga utbk selesai.

Mmm tentang utbk,
m e m a s u k i   u t b k   g e l   1
Semakin dekat dengan D-D, semakin giatlah aku belajar. Semakin optimis juga, karena di beberapa Tryout SBMPTN nilaiku bisa dibilang lumayan. Utbk 1 selesai, jelang 10 hari nilai keluar, dan ya. 574 adalah nilai rata-ratanya *sedih. Sempat ingin menyerah, tapi kupikir hanya akan sia-sia. Masih ada waktu sebulanan buat belajar lagi. Satu koreksiku, di persiapn utbk 1 aku minim banget latihan soalnya. Akhirnya, kuputuskan untuk menyelesaikan belajar soal-soal SBMPTN tahun-tahun lalu (2012-2018), utul UGM, dan simak UI.

Sambil belajar, aku mencoba daftar ke beasiswa IDCloud Host yang juga bekerja sama dengan Telkom University. Tahap pertama adalah tes tulis SOSHUM. Aku lolos (dari 15ribuan pendaftar ke 200 lebih yang lolos). Lalu, tahap kedua masih ter tertulis ceritanya, yang akan diambil 20 besar. Sayangnya, belum rejekiku memang. “Good bye IDCloud Host”

u t b k   g e l   2  
Karena terlalu sering mengejar materi dan latihan soal sambil terkejar waktu, sampailah aku pada titik jenuh. Lalu, kuputuskan untuk memanjakan diri, misalnya menonton video-video di You-Tube. Fyi, untuk fokus SBMPTN ini, aku uninstall aplikasi seperti IG dan line (meskipun kadang masih buka ig via browser wkwk).
Awal bulan mei adikku lahir. Persiapan utbk 2 ku semakin mendapat tantangan karena harus pandai-pandai membagi waktu untuk bantu ibu mengurus adik. Yang paling melelahkan adalah, ketika adik sering sekali rewel pas jam-jam tidurnya orang dewasa. Jadi aku, ibu, dan bapak, bergantian untuk tidur dan menggendong adik.
26 Mei, Selesailah utbk 2 ku, tidak ada 10 hari nilai keluar. Dari awal mengerjakan soal, optimis nilaiku akan naik drastis. Bermodal perasaan yang sudah maksimal latihan soal dan materi yang cukup melekat. Namun ternyata, rata-rata skorku hanya 550. “Hehe”. Sepertinya tidak perlu kuceritakan bagaimana perasaanku waktu itu J
Muncul pesimisme dalam diri karena kedua rata-rata skor utbkku hanya di kuartil 3, sehingga aku apply beasiswa Aperti BUMN sambil menunggu hari-H pembukaan pendaftaran SBMPTNnya.

Beasiswa Aperti BUMN 2019
Mekanisme pendaftarannya tidak begitu  rumit, cukup mengisi data, mengunggah file raport dan portofolio bagi pendafta jurusan seni. Aku memilih jurusan Desain Interior di Telkom University dan harus mengunggah 2 portofolio seni rupa. Sebelum mulai membuat, aku seringin dulu latihan gambarnya. Hingga, H-3 deadline yang bertepatan dengan persiapan acara syukuran kelahiran adik, aku sampai minta ijin karena tidak bisa bantu masak-masak.

1 Gambar still life selesai. 2 hari pengerjaan (dari sore sampai sore lagi) benar-benar aku gebut. Malamnya, aku membuat rancangan gambar suasana pasar. Namun, ketika seharusnya bisa aku lanjutkan di paginya, sungkan rasanya sama ibu karena tidak membantu sama sekali dalam persiapan acara syukuran. Lalu, kuputuskan untuk ikut bantu sampai siangnya. Hanya sampai siang, karena aku harus lanjut menyelesaikan gambarku tadi. Larut malam, gambarku belum juga selesai, jadi kupikir besok (hari deadline) saja dilanjut dan langsung diunggah.

14 Juni adalah deadline unggah berkasnya. Pagi-pagi benar aku sudah mulai lanjut mengerjakan gambarku semalam. Namun, siapa sangka siangnya ada banyak temanku datang dan sorenya baru selesai seru-seruannya.“Ah gapapa”, kataku. Karena masih ada beberapa jam menuju pukul 23:59 WIB. Menjelang petang, gambarku sempurna selesai. Lelah sekali rasanya, tapi juga cukup lega. Setelah beribadah, mulai kubuka website beasiswanya.

Login

Loading

Muncul tulisan yang memberitahukan bahwa beasiswa sudah ditutup dan ucapan terimakasih karena sudah mendaftar.
“HAH? WKWKWK”

Seketika itu juga aku speechless mendadak. Benar-benar yang kayak too shock to see those words. Sudah barang tentu aku nangis sampai cukup lama. Kedua orang tuaku agak kecewa sama aku karena selaaalu saja menyelesaikan pekerjaan mendekati deadline. Namun setelahnya, mereka menasehatiku untuk tidak bersedih lagi. Setelah cari-cari info, “Eh ternyata beasiswa ditutupnya udah dari jam 2 siang wkwk. Gila!” Karena kupikir umumnya deadline tuh jam 23:59 kan ya. Lagi-lagi, “yaudahlahya”. Cukup nyesek, tapi hanya bisa berharap suatu saat gambar itu akan berguna.

S B M P T N
“Eh bentar. Tadi kamu bilang deadline beasiswa 14 juni kan? Berarti sbmptn udah buka dong?”  “YAA GAIS! THAT’S TRUE”. Aku kehilangan 4 hari pasca SBMPTN open (10 Juni) demi membuat portofolio beasiswa yang pada akhrinya tidak bisa disubmit.

Di SBMPTN ini ada 4 karya yang bisa diunggah (2 karya wajib dan 2 karya opsional). Tentang 2 karya wajibnya, harus dibuat di kertas A3 yang lumayan gede. Jujur, aku hampir nyerah ketika baru saja mulai membuat gambarnya. Karena, kondisi fisikku memang terlalu lelah, begitupun dengan hati dan pikiran. Apalagi hari sebelumnya baru saja ada acara syukuran adikku yang cukup ramai dan menguras tenaga. Sehingga, aku baru mulai membuat portofolio 5 hari setelah pengumuman temanya.

[bekerja cukup keras] 
“oh ya” untuk mempersiapkan portofolio ini, aku tidak bimbel seni rupa. Bermodalkan You-Tube dan kemampuan seadanya yang kumiliki. Namun kadang, juga meminta ajaran dari bapak yang berkecimpung di dunia seni.

H-3 penutupan SBMPTN, 2 gambarku jadi.
Gambar Suasana

Gambar Still Life


Karena tidak ingin pengalaman-pengalaman buruk deadliner terjadi lagi, untuk karya opsionalnya aku menggunakan 1 gambar yang pernah kubuat sebelumnya (portofolio beasiswa) dan 1 karya fotografi agar tidak ada kata “ribet” untuk membuatnya lagi. 
Karya Fotografi

Karya bebas tambahan still life

21 Juni, mulailah kubuka website SBMPTN untuk daftar. Selesai. Beres. Lega. (eh ga lega juga karena masih harus nunggu pengumuman).


Di SBMPTN milih PTN mana?

Sebuah cerita singkat tentang DILEMA

TAHUN 2019 INI  gencar sekali yang namanya RASIONALISASI, dimana kita harus benar-benar jeli memilih jurusan sesuai nilai utbk yang didapat. Namun, untuk pendaftar sepertiku ini (yang memilih jurusan bidang seni dan desain) tentunya bingung. “Lah kenapa emang? OKE, JADI GINI”. Yang menjadi aspek penilaian jurusan seni bukan hanya nilai akademik, tapi juga nilai keterampilan. Nah, kalau di rasionalisasi itu, kita hanya bisa membandingkan nilai kita berada di peringkat berapa antara peserta lain. Padahal masih ada nilai portofolio yang tidak bisa diukur dalam rasionalisasi (ya jelas gabisalah wkwk). Oleh karena itu, dalam memilih PTN pun aku mulai dilema.

Awalnya…
Sabtu, 11 Agustus 2018 aku menulis itu dan kutempel di dinding depan meja belajarku. So, tiap hari aku bisabaca itu dan bisa tersemangati.

Aku idealis pengen ke FSRD ITB sejak dulu.

Namun, melihat nilai yang hanya segitu…

Pernah mencoba untuk melupakan cita-cita itu dan akhirnya memilih ke Desain Interior UNS.

Berhari-hari bingung, aku mencoba melakukan suatu ibadah “sholat istikharah” (dalam agamaku, islam, beribadah sholat untuk meminta petunjuk dari Tuhan).

Hari berganti, aku seperti mendapat petunjuk dari Tuhan melalui pemikiran yang tiba-tiba muncul dan petunjuk lain menjelang pendaftaran SBMPTN itu, diantaranya:

Pertama, Aku berpikiran jika tahun ini ramai sekali akan rasionalisasi seperti ini,pasti kaum nilai kuartil 3 yang segudang itu pada cari aman—aku mulai meragukan UNS karena kemungkinan pedaftarnya melonjak. Apalagi daya tamping Desain Interior hanya 25 kursi.

Kedua, aku tergerak untuk membuka kembali akun edukasystemku dan mengecek hasil rasionalisasi yang sudah ku ikuti sejak utbk 1 di edukasystem yang menurutku tergolog sangat mudah namun memberi hasil yang memuaskan. Karena, selain bisa tahu peringkat, juga bisa cek posisi nilai kita per mapel di antara peserta lain, dan fitur-fitur lain yang didesain memudahkan peserta rasionalisasi. Awalnya aku memasang ITB di pilihan 1 dan UNS pilihan 2. Untuk ITB, “wah kalah ceritanya wkwk”. UNS pun sama, walaupun masih tergolong 30 besar.ITB sulit, UNS sulit. Belum pernah terpikirkan untuk mencari PTN lain. Akhirnya, aku ingat sebuah PTN Seni, yaitu ISI Yogyakarta. Langsung setelahnya, bergantilah pilihanku menjadi UNS dan ISI yk. Ternyata, berdasarkan hasil rasionalisasi aku berpeluang lolos di ISI yk. Akhirnya, hatiku benar-benar mantap untuk memilik ISI yk di pilihan kedua. Namun, di sinilah dilema terbesarku, yaitu untuk pilihan 1 apakah lebih baik dipasang ITB atau UNS? Begitu terus perntanyaan yang mengelilingi kepalaku.

Ketiga, tanganku tergerak mencari kontak whatsapp kakak kelasku yang sekarang kuliah di UNDIP. Kuceritakan kebingunganku antara ITB dan UNS. Alhasil, dia menulis banyak sekali nasehat untukku, dan ujung-ujungnya sangat meyakinkanku untuk tetap fokus memilih ITB.

Dan yang keempat, rasanya aku semakin mantap memilih ITB dan ISI yk. Ini yang kipirkan waktu itu: nilai portofolio memiliki jatah nilai yang cukup banyak, bisa saja nanti portofolio bagus akan sangat menolong nilaiku yang biasa saja itu. Lalu, kebetulan hasil utbk pertamaku adalah seperti ini.

Dari situ bisa dilihat bahwa nilai TPSku cukup bagus. Sedangkan, nilai TKA ku yang rendah adalah di mapel matematika, geografi, dan ekonomi. Yang mana geografi dan ekonomi tidak begitu berkorelasi dengan mata kuliah desain nantinya. Sementara itu, di mata kuliah seni dan desain mempelajari sejarah seni rupa dan juga psikologi desain. Aku rasa kedua matkul tersebut cukup berhubungan dengan mapel sejarah dan sosiologi tentunya. Syukurlah nilai kedua mapel tersebut tidak begitu buruk. Aku semakin optimis.

S E T E L A H  C U K U P  B E R J U A N G  😐
Siapa ya yang bisa tenang menunggu pengumuman SBMPTN? Sebagian kecil mungkin. Tiap kali teringat, selalu saja jantung seperti ditinju keras-keras. Di hari-hari itu, selain mempersiapkan untuk SPMB PKN STAN, aku hanya bisa berdoa, dan pasrah. Hingga entah pada hari apa, aku mimpi. Mimpi ada banyak sekali tamu di rumah dan mereka terlihat sangat bahagia. Kedua kali, ketiga kali, aku terus mimpi seperti itu. Besar sekali harapanku mimpi itu berarti pertanda baik dan aku bisa lolos SBMPTN. Entah bagaimana kondisiku nantinya jika tidak lolos. Sama sekali tidak bisa membayangkannya. Salah satu kelemahanku adalah selalu memikirkan semua ucapan orang lain. Di hari-hari itu, perasaan takut yang begitu besar selalu menghantui. “Apa yang akan dikatakan orang-orang padaku, pada keluargaku?”

Begitu takut akan mengecewakan orangtua. Padahal aku sadar, orangtuaku sangat moderat, tidak pernah mendikte aku harus inilah itulah. Kemudian, Hmm hari terus berganti,

“Baiklah ini H-1 SPMB PKN STAN”

Tanggal 8 Juli aku menjalani tes STAN. SKD adalah materi pertama yang diujikan. Seperti kebanyakan orang, aku tidak lolos di TKP. Pulang-pulang, semakin sedih rasanya, tapi ntah kenapa sama sekali tidak bisa menangis. “Semoga besok kudapatkan gantinya dari Tuhan”
Besoknya, 9 Juli 2019.

Seharian jantung sama sekali tidak ingin diajak tenang, maunya pun tidak jelas. Akhirnya, kusibukkan diri untuk bersih-bersih rumah.
Pukul 3 sore, pengumuman dibuka. Keberanianku sangat menciut tiba-tiba. Jadi, kutunda dulu dan coba melihat instastory temanku. Ada yang tidak lolos ke FSRD ITB. “HAH PENGEN NANGIS” . Aku ditemani ibu dan kedua adikku. Ibu sangat santai dan menyuruhku untuk segera membuka saja. Tapi, aku memilih untuk sholat dulu, berdoa saja supaya diberi kekuatan, apapun yang akan terjadi.

Ambil nafas dalam-dalam,

Aku mulai buka HP, ibu di depanku, sambil gendong adik yang masih bayi. “yah kok gabisa si?”. Oh ternyata aku salah memasukkan nomor peserta SBMPTN. Kucoba lagi, loading, dan kujauhkan layar HP dari mataku (ehehe). 

Samar-samar, terlihat tulisan capslock “FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN”.
Berpikir sebentar, dalam hati “lah? Itb dong berarti? Kalo ISI udah pasti tulisannya “DESAIN INTERIOR”. 

Hanya bisa teriak dan spontan HP kuletakkan begitu saja ke lantai. Sampai detik itu, mataku belum melihat ke tulisan “INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG”. Baru setelah ibu tanya, “gimana, lolos?”, I was just kakikuk sambil nangis dan bilang “ya”. 

Aku udah ngeh pasti itu itb lah dan untuk memastikan,aku cek lagi HPku, beneran ada tulisan nama PTN favorit itu. Posisiku duduk di lantai karena saking lemesnya setelah melihat pengumuman. Lalu berdiri, peluk ibu, sayang ibu dan kedua adikku. Baru setelahnya aku sujud syukur.

Alhamdulillah.

Segera kukabarkan berita baik ini pada bapak yang sedang tidak di rumah, nenek, kakek, dan saudara-saudaraku. Agar mereka juga ikut senang mendengarnya.

BELUM PERNAH SETENANG INI SEBELUMNYA 👻
H+3 pengumuman SBMPTN, rasanya masih sulit untuk percaya. Hatiku terasa benar-benar sehat. Tenang. Lega. Apapun, segalanya, sejenis dengan ketenangan. Aku hanya mengingat harapanku sebelumnya, bisa lolos ke ISI yk pun aku sudah begitu bersyukur, karena persaingan SBMPTN memang sangat ketat. Dan ini ITB Tuhan, terimakasih. Tuhan memang Maha Tahu niat dari semua perjuangan kita.

Itulah ceritaku di SBMPTN 2019.

Beberapa hal yang kujadikan pelajaran dari kisahku sendiri adalah bahwa ketika menginginkan cita-cita tercapai, memang butuh perjuangan yang totalitas, tekun, dan sungguh-sungguh. Lalu, selalu ingat bahwa Tuhan melihat proses kita, ketika kita tidak berhasil, introspeksi ke diri sendiri adalah yang terpenting. Ketika dirasa masih ada yang kurang, ya diperbaiki, tapi ketika merasa sudah melakukan yang terbaik, itulah dimana Tuhan yang Maha Pemberi Petunjuk mengarahkan kita, ke arah yang terbaik bagi diri kita. Dan yang terakhir, menjaga life balance itu krusial menurutku. Disini yang ku maksudkan adalah menjaga hubungan baik dengan Tuhan, manusia, dan alam. Karena, aku sangat percaya tentang kekuatan yang tidak terlihat. Sekeras apapun usaha, jika Tuhan tidak menghendaki, ya tidak bisa dipaksakan.

Tuhan Maha Kreatif dalam mencipta skenario.
Terimakasih Tuhan telah menjadikan keringatku sebagai pemeran utama dalam cerita kali ini.

That’s all readers, semoga kita semua selalu bisa bersyukur dan terus semangat berjuang menuju kehendak-Nya.

Salam








Comments

Mantap
Totalitas banget dahh!!!
santinurr said…
You are a strong girl!
Mubin foREVer said…
Keep it up Sa !!! :)
Asa Nor Faricha said…
Thankyouu santii mubiin baik2 ya semuanyaa!!✨✨🙏🏻 :')
Unknown said…
Thanks asaa💗, aku akan lebih berjuang:)

Popular posts from this blog

Perjalanan Seorang Sholahayub - Antara Berkarya, Ibadah, dan Syukur

Teman dalam Benak