Perjalanan Seorang Sholahayub - Antara Berkarya, Ibadah, dan Syukur

Perjalanan Seorang Sholahayub

Antara Berkarya, Ibadah, dan Syukur


Secuil kisah mengenai  perjalanan  Sholahayub hingga sekarang menjadi seorang penulis, filmmaker, dan visual storyteller.

(Tulisan ini saya buat berdasarkan materi Kak Ayyub dalam acara ngabubuline Kartini Institute dan sudah atas izin beliau)

Selamat membaca!

Salah satu karya Kak Sholahayub

image source



Cerita yang disampaikan berawal ketika ia hendak mencari Sekolah (SMK). Alasan ia memilih SMK (tepatnya SMK multimedia) adalah karena ia gemar menggambar sejak dulu, ingin menjadi animator pixar, dan seorang yang cukup passionate. Karena hari pendaftaran hampir habis dan sekolah-sekolah negeri sudah penuh pendaftar, ka ayyub mulai mencari SMK multimedia di internet hingga ia temukan sebuah foto anak memegang kamera dan foto itu cukup bagus. Dari google image itulah ia mengunjungi website sekolah tersebut, sebuah SMK Swasta Multimedia di Jakarta, sementara ia tengah tinggal di Tangerang. Mengapa Jakarta? Karena disarankan oleh orangtuanya untuk tinggal di Jakarta, di rumah neneknya. Di sisi lain juga karena ayahnya kerja di Jakarta.

Berbagai hikmah yang ia dapatkan hingga menjadi karya-karya luar biasa seperti sekarang ini dimulai sejak saat itu. Ketika melihat keadaan asli sekolahnya, ia cukup dibuat kaget. Pasalnya, agak bad looking dan tak sebagus yang ia ekspektasikan. Teman-temannya juga banyak yang berada dalam masalah, seperti kondisi ekonomi. Ada teman yang tinggal sekeluarga 5 bersaudara di rumah kecil yang belum jadi (belum sampai tahap finishing pengecatan) dan ukuran yang cukup kecil untuk orang sebanyak ity. Ada pula teman yang  bahkan tinggal di pinggiran rel kereta, tinggal di rumah kecil yang dibuat dari seng saja. Lalu, dalam bersekolah, kebanyakan temannya kurang memiliki orientasi yang jelas (visi), melainkan hanya agar mendapat ijazah.

Setelah memulai pendidikannya, ia menyabet cukup banyak kejuaraan di animasi dan desain grafis. Namun, ada satu momen yang menurutku cukup unik. Hal itu adalah ketika pertama kalinya ia ikiut lomba animasi yang “literally cuma pake mouse” kalau kata Kak Ayyub, ketika para peserta lain bermodalkan pen tab. Ini luar biasa! Karena aku pun tahu betapa susahnya menggambar jika hanya mneggunakan mouse :’) sementaraa itu animasi yang pasti ada banyak framenya.

Dikarenakan banyak pelajaran hidup yang ia dapatkan selama SMK, ia mulai berpikir tentangkehidupan, mulai cukup akrab juga dengan banyak guru yang sangat supportif. Karena memang sekolah baru, angkatan kedua, dan tentunya gurunya cukup perhatian dengan murid-murid yang potensional sepertinya. Tiba saatnya ia mulai cari-cari kampus yang bagus untuk mendukung mimpinya. Awalnya ketemu dengan salah satu kampus seni di luar negeri, yaitu “Callifornia Institute of the Arts”. Tapi, kemudian ia coba-coba dulu tes yang di dalam negeri.

Dari situ ia pilihlah ITB. Tidak ada pilihan lain, hanya ITB. SNMPTN gagal, ia lanjut di SBMPTN. Tak disangka, ia lolos. Karena memang jarang siswa berlatarbelakang SMK masuk ke Perguruan Tinggi, lebih-lebih adalah ITB yang dikenal sebagai Institut terbaik bangsa. Namun, prinsip Kak Ayyub adalah bahwa hidup itu harus berkembang setiap harinya dan masa depan seseorang tak bisa didefinisikan oleh masalalunya (selaagi tetap berniat untuk memperbaiki diri).

FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) adalah pilihannya. Di tahun kedua, mulai masuk ke prodi Seni Rupa dengan peminatan Kajian Seni. Mulailah ia rasakan perubahan yang begitu kontras. Jadi begini, latar belakang pendidikannya adalah multimedia yang cenderung dominan ke pengajaran skill disamping teori. Namun, ketika mulai di kajian seni ini dia diharuskan mempelajari banyak teori seni dari buku-buku tebal dan berbahasa Inggris. Sehingga, sering merasa down hingga salah jurusan. Tapi, ia coba untuk pantang menyerah dan belaajar pelan-pelan secara sabar. Akhirnya, ia menjadi terbiasa mengolah gagasan dan opini dalam bentuk tulisan.

Banyak hal yang ia pelajari ketika menjadi mahasiswa, seperti tentang kehidupan yang memang bukan hal simple, kontribusi, dan life purpose.Mulai berpikir juga mengenai “Apakah hidup cuma bakal gini-gini aja? Apakah gambar-gambar terus dan jadi animator sampai mati?”, ia mulaim ada kekosongan disitu. Sebuah kehausan pertanyaan hidup yang sedang membutuhkan sungai jawaban. Hingga pada suatu momen ia bertemu salah seorang mentor yang juga pernah mengalami apa yang tengah dirasakannya.

Semakin bertambah waktu, semakin banyak pelajaran yang ia dapatkaan. Terutama, mengenaai islam. Ia menyadari bahwa islam bukanlah sekadar aturan, melainkan kebutuhan. Hidup di dunia ini banyak turbulensinya Lalu, islam adalah jawaban dari segala permasalahan. Jika diibaratkan, layaknya life guidance, karena memang manusia butuh panduan.

Menurutnya, hidup adalah perjalanan. Di dalam perjalanan ini pasti ada sesuatu yang dicari, hingga ia menemukan sesuatu. Dari pengalamannya berinteraksi dengan islam itu sendiri, ia mulai berkarya untuk berbagi rasa dan gagasan. Menurutnya pula, islam juga kacamata yang mengarahkan kita pada nikmatnya esensi hikmah kehidupan. Terus tergerak dalam berpikir dan mulailah menciptakan karya.

Awalnya ia mulai dengan hanya dengan tulisan-tulisan dan dipost di feed ig. Lama-lama banyak teman yang suka. Akhirnya, ia kolaborasikan antara keahlian yang dipunyai (menggambar) dengan gagasan –gagasan yang ia ingin sampaikan. Maka, terciptalah karya-karya yang luar biasa seperti sekarang ini.Kak Sholahayub berusaha menggunakan cara penyampaian dengan pendekatan social science  sehingga karya dan nilai-nilainya dapat dengan mudah dipahami dan  mengena di hati serta pikiran kita.

Disinilah letak “totalitas dalam berkarya” yang ia tekankan. Ia berpendapat bahwa bikin karya harus ada visi misinya. Harus ada nilai-nilai yang ingin dibangun dan disampaikan ke banhyak orang sehingga tercipta kebermanfaatan. Berkarya juga merupakan misi ibadah dan bentuk syukur atas kemampuan yang dikaruniakan oleh Tuhan yang mana belum tentu dimiliki oleh semua orang. Kemudian, misi ibadah itulah yang terus menerus jadi pemasok energi dalam berkarya. Sehingga, ketika seseorang berkarya sebenarnya orientasinya bukanlah karya itu, namun value dan pesan yang ada di dalamnya.


Semua tulisan di atas hanyalah bentuk transformasi materi audio yang disampaikan Kak Sholahayub dalam acara ngabubuline kartini institute. Saya tulis seperti ini karena rasanya gelisah sendiri jika ada materi keren penuh value harus disimpan sendiri. Ini juga untuk siapapun yang tidak sempat mengikuti kegiatan ngabubuline kartini institute.

Siapapun yang ingin melihat seperti apa karya-karya luar biasa Kak Ayyub, bisa visit akun instagramnya disini !

Semoga bermanfaat, maaf bila banyak kesalahan dalam penulisan.

Salam :)

Comments

Popular posts from this blog

SWEAT AND SCENARIO

Teman dalam Benak