cerpen^^ : Janjiku Pada Seorang Lelaki Tak Berdaya



Cerpen
             Karya : Asa Nur Faricha

Janjiku Pada Seorang Lelaki Tak Berdaya
            Gadis dengan tubuh mungilnya,tak tahu apa-apa,pikirannya kosong,iya!itulah aku, aku dimasa laluku. Yang kulihat saat itu hanyalah bulan, bulan yang hanya menampakkan separuh dari tubuhnya yang bulat nan indah.
Selang beberapa menit…
“Ayo-ayo,  cepat dibawa, hati-hati!”, terdengar suara ibuku dari dalam rumah, yang kemudian ibu datang dan menggendongku kedalam mobil. Dalam hati aku bergumam “Kita akan pergi kemana?” , lantas bola mata jernihku melirik pada sesosok lelaki yang telah lemas terbujur di kursi kendaraan roda empat yang tengah kami tumpangi ini. Lampu lalu lintas ,rambu-rambu di jalan ,turut mengiringi perjalanan kami,yang entah akan kemana. 1800 detik  berlalu , dan gedung putih besar yang sebelumnya belum pernah terlihat olehku,kini berada di depanku ,persis di depan mataku.
Megah! Sungguh megah !“Rupanya inilah yang namanya Rumah Sakit”, lagi-lagi aku bergumam dalam hati.
            Lelaki berkaos oblong putih,dengan rambut panjang  terurainya yang kulirik tadi,terlihat dibaringkan di atas sebuah kasur beroda,dan didorong oleh beberapa perempuan yang tengah mengenaka pakaian putih bersih,rok seukuran lutut,dan topi putih di kepalanya,iya mereka adalah para perawat di tempat ini.
Panik!
Gelisah!
Itulah gambaran perasaan dari wajah-wajah di sekitarku, termasuk juga aku.
            Tubuhnya masih saja lemas,tak berdaya,dan wajahnya yang sering dibilang orang mirip artis papan atas mantan vokalis STINKY,Andre Taulani terlihat pucat pasi. Aku berlari, dan terus berlari,tangan kecilku terasa digandeng erat oleh ibuku, seorang wanita yang sangat menyayangiku,dan tentu saja sangat mencintai lelaki tadi.
            Licinnya lantai,terpasangnya pengharum ruangan bermerk stella di depan sebuh kipas angin,serta TV polytron yang juga disediakan. Aku segera mengambil remote TV di meja kamar ini sambil tersenyum bahagia dan segera mencari channel kesukaanku. Kini,kami sekeluarga berada di sebuah kamar. “Anggrek 1” iya itulah yang tertulis di sebuah papan dan ditempel begitu saja di atas pintu masuk “Ah! Biarkan saja!”,celotehku  pelan.
            Kebahagiaan karena kemewahan itu tak berlangsung lama, kembali teringat olehku sesosok lekai yang rupanya sedang sakit berat, ku tengok seseorang yang tengah terbujur dan yang di sekelilingnya terdapat banyak obat-obatan dengan berbagai nama di bungkusnya,lelaki itu tersenyum padaku. Senyum itupun tak berlangsung lama. Terlihat olehku alis hitamnya sedikit mengkerut dan terdengar olehku sebuah desahan dari mulutnya “sssshhhh”. Aku  mulai menapakkan kaki dan melangkah ke arahnya.
Kubiarkan ibu yang sedang sibuk menyiapkan bubur untuk orang yang kini berada di hadapanku. “Bapak,kenapa?”,tanyaku. Dia kembali memperlihatkan senyumnya, “Ndak apa-apa,doakan bapak sembuh ya,kamu juga yang rajin belajar e !”, ungkapnya pelan dengan logat indo-jawanya. Air mataku rupanya tak dapat terbendung lagi, setelah mendengar kalimat darinya dan melihat wajahnya yang semakin pucat .”Baiklah..”, baru sepatah kata kuucapkan, matanya tetutup. Kupikir bapak terlalu tak kuat untuk menahan sakit yang dideritanya. “Baiklah bapak, aku janji akan belajar sungguh-sungguh, dan selalu berdo’a demi kesembuhan bapak”, ucapku pelan sembari mencium tangannya yang lemas dan dingin.
Sluke, 12 Oktober 2015

Comments

Popular posts from this blog

SWEAT AND SCENARIO

Perjalanan Seorang Sholahayub - Antara Berkarya, Ibadah, dan Syukur

Teman dalam Benak